...hilangnya Rian - Misteri Malam di Kaki Bukit Part 1...
“Duuh… capek…” aku menhapus peluh di keningku. Mentari tepat di atas kepala.
“Minum?” kata Rian sambil menyodorkan botol berisi 1,5 liter air minum. Matanya yang bersinar menatapku.
“Ah, nggak usah. Nanti aja,” aku segera memalingkan muka. Takut wajahku yang memerah terlihat olehnya. Dasar bodoh! Pikirku dalam hati. Sifat sok cool-ku muncul lagi. Aku segera melanjutkan jalanku. Rian berjalan di depanku. Semakin ke atas, jalannya semakin licin. Beberapa kali aku hampir jatuh terpeleset. Untungnya, Rian selalu menggandengku agar tidak terjatuh. Gyaaa~~! Aku semakin meleleh.
Kami sekelas sedang liburan ke sebuah air terjun di kabupaten Magetan. Itung-itung, perpisahan kelas. Kami akan naik ke kelas XI. Aku benar-benar berharap bisa sekelas dengannya.
“Ta, sini. Sendal kamu biar aku bawa. Ntar kepleset lagi,” kata Rian setelah aku terpeleset untuk kesepuluh kalinya. Aku tersipu. Kali ini, aku mengiyakan. Aku nggak mau terpeleset dan merepotkannya lagi. Aku berjalan paling belakang. Teman-temanku semua sudah ada di depan.
Karena itu, Rian memutuskan untuk menungguku.
Benar juga kata dia. Lebih mudah mendaki tanpa sandal. Atau mungkin karena jalannya sudah tidak terlalu licin? Ah, masa bodoh. Yang penting, ini berkat dia.
Samar-samar, terdengar suara gemercik air. Ah, sudah hampir sampai. Aku tersenyum girang.
Tiba-tiba, Rian menyahut, seolah tahu apa yang kupikirkan.
“Bukan itu air terjun yang kita tuju. Masih agak ke atas.”
Aku nyengir ke arahnya. Itu memang bukan jawaban yang ku harapkan. Tapi, ‘air terjun masih jauh’ berarti ‘kesempatanku bersama Rian jadi lebih banyak’. Aku mulai senang lagi.
Setelah mendaki selama 15 menit, akhirnya sampai juga ke air terjun itu. Uwaa…
Pemndangannya indah sekali… Dikelilingi tebing-tebing yang menjulang tinggi, air yang mengalir seperti jembatan ke langit. Subhanallah…
Teman-teman sudah sibuk dengan pistol airnya. Saling menembakkan satu sama lain. Asyiknya… Tapi aku masih capek. Jadi kuputuskan untuk beristirahat sejenak.
Baru satu menit bersantai menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan ini, ada yang menyemprotkan air ke leherku.
Dingin! Aku terlonjak kaget. Di belakangku, Rian terkekeh dengan manisnya. Matanya berkilat-kilat lucu. Bajunya sudah basah terkena air. Sebuah pistol air bertengger di tangannya.
“Riaaannn~~!!!”
“Tata, ayo gabung! Seru loh!!” katanya sambil berjalan ke arah teman-teman.
Aku tersenyum licik dan mengambil pistol air di tas. Pistol yang masih kosong segera kuisis dengan air dan menembakkannya ke Rian.
“Wooa!” dia kaget dan menoleh ke belakang. Aku terkikik geli. Imut banget wajahnya. Wajahku bersemu merah. Sejurus kemudian, kami terlibat dalam perang air yang seru. Kami tertawa-tawa bersama. Tak puas, aku ambil botol ‘peluru’ pistolku dan menyiramkannya ke Rian. Dia tersenyum pasrah. Air di pistolnya habis. Wajah memelasnya yang lucu lagi-lagi membuatku deg-degan. Riannn… Kamu kok imut banget sih?
Aku segera bergabung dengan teman-teman. Sementara Rian masih tersenyum sambil mengacak-acak rambutnya yang basah. Astaga… Lagi-lagi aku mengaguminya.
Setelah hampir satu jam bersenang-senang, kami pun kembali ke penginapan. Kali ini, Rian memintaku untuk jalan duluan. Katanya, lebih baik kalau aku jalan bersama teman-teman yang lain. Daripada tertinggal seperti tadi.
Aku menurut, segera bergabung dengan yang lain. Kulihat Rian masih mengobrol dengan teman-temannya. Aku tersenyum.
♠♠♠
Malamnya, aku sedang bermain dengan laptopku di kamar penginapan. Untung aku bawa Telkomsel Flashku. Segera kuperbarui status Facebookku : “habis menikmati hari yang menyenangkan! It’s the happiest day in my life ever!”
“Tok…Tok…” seseorang mengetuk pintu kamar.
“Tata, aku masuk ya…” Nina nongol dari pintu kamar. Dasar, belum juga dipersilahkan udah masuk duluan.
“Cie cie… Yang abis jalan bareng sama Rian… Suit suit…!” kata Nina.
“Jangan ngawur kamu. Aku abis ngerepotin dia nih!”
“Ah, udahlah… Kamu seneng kan…?” wajahku memerah.
“Ninaa~~~!!!” aku melempar bantal ke arahnya. Dia balas melemparku dengan guling.
“Idihhh….. Malu malu mau nihhh…. Ahahahahaha…”
“Eh… Dasar ember… Temen-temen denger bisa gawat…!!!”
“Dok…dok…dok…!!!” Pintu kamar diketuk keras. Aku dan Nina kaget bukan main.
“Ta! Talitha! Ta, gawatt!!!” suara Erni terdengar panik. Aku segera membuka pintu.
“Ada apa Er?” tanyaku. Aku mulai cemas. Ada apa ini? Nggak biasanya Erni panik seperti ini.
“Rian nggak ada!!!”
“Apa?!” aku kaget bukan main. Panik, takut, tak percaya. Nina menyahut, “Mungkin dia jalan-jalan? Telpon hapenya!”
“Nggak! Tyo dekaka udah nyari kemana-mana nggak ketemu…! Motornya Rian ada di depan. Hapenya juga ketinggalan di ruang tamu villa. Lo tau nggak Ta, kira-kira dia ke mana?” Tanya Erni panik.
Aku mencoba mengingat-ingat. Jam 4 sore tadi, dia sms aku. Belum sempat aku mengambil hape, Nina membuka inbox hapeku.
From : Ree_yann^^
“Aku mau ngambil barang yang ketinggalan di air terjun dulu ya, Ta.”
“Dia ke air terjun, Ta???” Tanya Nina tak percaya.
“Yang bener lo? Kan udah malem, kok elo nggak nyegah dia sih? Bahaya tau!” Erni malah memarahiku. Aku sempat berpikir, kenapa mereka memarahiku? Memang aku siapanya Rian?
Tiba-tiba Sinta muncul.
“Tyo tadi telpon aku. Katanya dia nemu jaketnya Rian di aliran sungai air terjun!”
Kakiku lemas. Nggak mungkin Rian………
♠♠♠
to be continued
1 komentar:
weqs!! ... bersambung?
Posting Komentar
komen...komen...komen...